Usai menikmati indahnya Puncak Becici saya bertiga (Saya, Chivas, Upit) akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, karena waktu sudah siang menunjukkan pukul 14.00 akhirnya kami memutuskan untuk menikmati kuliner di daerah bantul. Sembari Chivas nyetir untuk tujuan berikutnya, tugas saya dan upit untuk memilih tempat makan siang yang akan kami tuju. Awal pembahasan kamu, upit ingin mencoba kuliner yang aneka sambal jadi dipilihlah SS (serba sambal) yang kebetulan ada di daerah jalan bantul. Perjalanan kami lanjutkan sambil ngantuk-ngantuk karena udara sektar yang sepoi-sepoi
Sampai di daerah Jalan Bantul kami menemukan Warung SS tetapi penuh pengunjung, akhirnya pilihan kami pindah ke Ayam Goreng Mbah Cemplung. Ayam Goreng Mbah Cemplung ini sudah berdiri dari tahun 1980, cukup lama berjualan dan sekarang sukses dengan bisnis kulinernya. Mbah Cemplung sebenarnya tidak memiliki cara masak lain dari ayam biasanya, tetapi bumbu istimewa warisan leluhur yang menjadikan olahan ayam disini terasa istimewa.
Jalan masuk menuju warung makan Mbah Cemplung kita akan disambut pepohonan rindang di samping kanan kiri sebagai pelindung alami dari sinar matahari yang seakan-akan menjadi pertanda perut kita akan terlindungi dari rasa penasaran yang membuat kita menjadi lapar. Sampai di lokasi saya melihat para petugas parkir sibuk mengatur laju kendaraan para pengunjung baik yang keluar dan masuk. Sesampainya di dalam, saya bersama teman-teman hanya bisa menoleh kanan-kiri untuk melihat meja yang kosong untuk kita tempati. Kami berinisiatif duduk di meja yang menunjukkan tanda-tanda kosong untuk memastikan kami mendapat tempat untuk bersantap bersama.
Tanpa saya sadari, semua pesanan saya telah hadir di meja saya. Satu potong ayam bagian paha menggoda. Secara sekilas, paha ini tampak seperti ayam goreng rumahan pada umumnya namun begitu memakannya, keistimewaan ayam goreng Mbah Cemplung ini langsung terasa. Bumbunya yang gurih merasuk sampai ke bagian dalam dari ayam ini. Belum lagi tingkat kematangan ayam ini pun terbilang sempurna. Tidak terlalu garing, namun matang secara menyeluruh. Oleh karena kesederhanaannya dan kelezatannya, saya pun merasa bahwa menu rumahan semacam ayam goreng bisa menjadi begitu lezat jika diolah dengan tangan yang tepat.
Selain Ayam saya juga memesan Bothok Mlanding (olahan kelapa, mlangding / petai cina dicampur dan diberi bumbu khusus), kebetulan saya dan chivas juga senang dengan petai sehingga kami memesan petai 1 keris saja. Petai yang disajikan dengan cara di goreng, hanya kurang kering sehingga bagian tengah petai masih terasa keras. Bagian sambal adalah bagian yang paling saya takuti karena saya jujur tidak begitu suka pedas, sehingga saya memilih untuk yang biasa saja. Tadi di Ayam Goreng Mbah Cemplung saya senang karena disediakan 2 macam sambal yaitu sambal bawang (pedas sekali) dan sambal trasi (tidak terlalu pedas), saya sampai habis banyak saat menikmati ayam dicampur sambat trasinya.
Usai menikmati santapan kami, kami sangat kenyang dan akhirnya memilih untuk duduk santai sambil ngobrol bersama teman-teman. Namanya teman pasti tidak akan habis membicarakan tentang dunia kami bersama, apalagi dunia blogger yang sama-sama kami geluti selalu saja ada cerita seru dibalik hobby kami masing-masing. Selesai kami santai akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang untuk persiapan nanti malam Nonton jikustik bersama
Harga
Ayam Utuh: Rp. 80.000 - Rp. 170.000
Dada: Rp. 20.000 - Rp. 30.000
Paha: Rp. 20.000 - Rp. 30.000
Ati Ampela: Rp. 4.000 - Rp. 5.000
Kepala: Rp. 18.000 - Rp. 25.000
Jam Buka
Pukul 08.00 - 14.00 WIB
Cara Menuju Lokasi
Dari Ringroad Jl. Bantul ke selatan (ambil jalan bantul) kemudian nanti bertemu dengan traffic light Kasongan belok ke kanan
Lurus terus saja sampai ketemu dengan tugu 1 belok ke kanan, ketemu tugu ke 2 belok ke kiri
Kemudian ketemu masjid atau tugu ke 3 belok ke kanan
Sekitar 100 meter kiri jalan ada papan bertuliskan Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung dengan arah panah ke kiri 15 meter
Ayamnya bikin ngileeerr. Apalagi petenya tuh. Hahaha
ReplyDeletePetai nya nampak menantang. Sayang aku sekarang ngga berani coba coba petai. Apalagi dengan sambal. Jaminan perut ngambek. Meski lidah sangat enjoy
ReplyDeleteWah, di Bantul tapi belum pernah coba ke Mbah Cemplung..
ReplyDeleteNyam nyam nyaaaammm
ReplyDeleteKalo aku ke jogja, ajak mrene yo mbak
Mbah Cemplung bukannya juga rame ya? Sekarang kayaknya udah ekspansi lahan makan sama lahan parkir deh ya? Tapi emang enak banget sih (menurutku). KFC mah lewat walau harganya nggak beda jauh.
ReplyDeleteWah kapan2 kalo ke jogja harus nyobain nij
ReplyDeletePerlu dicoba nih..
ReplyDeleteEh.. Udah pernah ke Mangut Lele Mbah Marto belum?
Belakang ISI
wah sama mbak upitoo, nanti aku mampirr ahhh kalo ke Jogjaa uwuwuuw
ReplyDeleteMantap banget ayamnya, bikin wareg...
ReplyDeleteNgeces eikeh....
ReplyDeleteLihat petenya ngiler sengiler-ngilernya neh Mbakyu
ReplyDelete