Ketika masa kanak-kanak, kami mengenal nama Kanisius itu sebuah sekolah Katolik terutama untuk tingkat SD dan SMP. Nama ini sangat dikenal sampai ke pelosok desa terutama di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada masa kejayaan sekolah Swasta, masyarakat memandang sekolah yang dikelola oleh Yayasan Kanisius merupakan jaminan mutu, terkenal dengan kedidiplinan dan tingkat kelulusan dari ujian negara. Saya mendengar kisah ayah saya, Ketika memasuki SMP Kanisius di pedesaan wilayah Yogyakarta, harus bersaing dengan peserta test masuk 9 kelas, padahal yang diterima hanya 2 kelas dengan sekitar 45 siswa setiap kelas. Masih cerita orang tua saya, dari SD Negeri ayah saya, hanya 3 orang berhasil masuk di SMP Kanisius.
Kanisius sendiri baru kemudian kami tahu bahwa itu nama seorang suci Santo Petrus Kanisius, atau Peter Canis, seorang Yesuit abad ke-16 dari Negeri Belanda. Ternyata nama belakang digunakan sebagai nama Yayasan Kanisius yang mengelola sekolah-sekolah Katolik. Di kemudian hari bahkan baru tahu bahwa nama itu digunakan sebagai pelindung sebuah usaha Penerbitan dan Percetakan dengan nama Kanisius pula. Nama itu kami tahu juga dari buku-buku pelajaran yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius.
Dalam perkembangan sekolah Swasta, beberapa sekolah Kamisius, terutama di pedesaan mengalami banyak kemunduran alias kekurangan murid, salah satunya akibat dari program keluarga berencana (KB). Bahkan sekolah tempat ayah saya menamatkan SMP, sekarang tinggal kenangan alias sudah ditutup, karena kekurangan murid, dan orang tua murid lebih memilih memasukkannya ke sekolah-sekolah negeri. Namun demikian masih ada sekolah-sekolah Kanisius yang masih bertahan hidup dan mendapatkan murid. Di pihak lain Penerbit dan percetakan Kanisius yang sekang berubah menjadi PT. Kanisius tetap eksis dengan usaha penerbitan dan pengembangan pelayanan lainnya.
Taman Komunikasi PT Kanisius |
Melihat bertebaraanya buku-buku terbitan Kanisius membuktikan bahwa di dakam perkembangannya mampu bersaing di tengah kemajuan jaman, terutama di era digitalisasi ini. Bukan hanya buku-buku pelajaran lahir dari Kanisius, tetapi juga buku-buku ilmiah karya para penulis dan akademisi dengan kriteria yang tidak bisa diragukan lagi. Buku-buku dari multi disiplin ilmu lahir dari Kanisius. Bukan hanya itu, tetapi buku-buku rohani, nyanyian rohani, sejarah dan lain sebagainya, padat dengan kadar akademis yang tinggi. Buah karya terbitan Kanisius menjadi sumber inspirasi dan referensi yang tak pernah kering.
Dalam kelanjutannya, berapa banyak paper, skripsi, disertasi dan karya ilmiah lahir dari referensi buku-buku terbitan Kanisius, pasti tak terhitung jumlahnya. Para pemimpin umat, terutama kaum awam bisa mendapatkan banyak pencerahan dan sumber inspirasi dalam melayani umat dalam ibadat di lingkungan atau keluarga. Apakah berlebihan kalau Kanisius dikatakan sebagai “warung pengetahuan serba ada”? Di lain pihak bagi para penulis dan pengarang buku, bisa menyalurkan menuangkan dan menyuguhkan semua ilmu yang dimilikinya melalui Kanisius. Kalau ada ungkapan “buku itu jendela dunia”, Kanisius telah membuktikan dirinya menjadi “engsel” daun jendela, yang mampu ikut melebarkan terbukanya jendela untuk melihat dan mengetahui keanekaragaman dunia melalui buku-buku yang diterbitkannya. Karya dan pelayanan ini nyata dan dirasakan berbagai lapisan masyarakat, yang terbukti tak pernah lekang dan lapuk di tengah era digitalisasi yang menjadi “pesaing” dunia penerbitan. Kualitas buku terbitan Kanisius tetap terjaga, terbukti tidak mudah untuk begitu saja karya tulis diterbitkan. Bagi penulis dan pengarang buka menjadi kebahagiaan dan kebanggan tersendiri (bukan kesombongan) bisa diterbikan Kanisius.
Kanisius ternyata tidak hanya membatasi dan berkutat dalam dunia penerbitan. Ini terlihat dalam perkembangannya membuka sektor-sektor pelayanan lain, sebagai ungkapan dan tanggapan atas tanda-tanda dan kebutuhan jaman. Sektor lain yang digeluti PT. Kanisius yaitu Penerbitan, Percetakan, Perdagangan, dll. Tersedianya lahan dan ruangan hijau yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muda dan anak-anak untuk berekspresi, misalnya dengan lomba menggambar anak, lomba mewarnai dsb. Bahkan disediakan ruang pertemuan bisa untuk mengadakan perhelatan pernikahan, rekoleksi, penataran, seminar atau sejenisnya. Pihak manajement sungguh terbuka dan belajar dengan perspektif jauh ke depan dalam karya pelayanannya, tidak terjebak dalam status quo, menyatu dengan jaman tanpa kehilangan jati diri sebagai sebuah lembaga pelayanan Katolik. Dalam Bahasa Jawa bisa dikatakan “ngeli ning ora keli”, ikut aliran tetapi tidak hanyut.
Display Buku PT Kanisius |
Kiranya ini sungguh sangat sejalan bila dikatakan PT. Kanisius adalah perusahaan inspiratif yang berdaya ubah bagi bangsa (Margaretha Sulistyorini, 2022). Pada usia yang ke-100, dengan segala pasang surut perjalanannya, Kanisius telah membuktikan dirinya menjadi bagian dari karya pelayanan Gereja, bersama dan menjadi bagian integral tak terpisahkan dengan perjalanan bangsa Indonesia, sejak jaman Kolonial Belanda, jaman Jepang awal kemerdekaan hingga sekarang.
Seratus tahun atau satu abad bukan waktu yang pendek, meski juga belum bisa dikatakan waktu yang panjang. Masa yang akan datang tetap merupakan perjalanan yang masih harus ditempuh, dengan segala masalah dan problematika sesuai dengan jamannya, agar Kanisius tetap mampu berkarya dan memberi pelayanan sesuai dengan jamannya, menjadi anak jaman dengan optimal. Semua ini bisa berjalan pasti berkat para pemula perintis pelopor dan penerus PT. Kanisius dari generasi ke generasi. Mereka bukan hanya memberi teladan, tetapi mereka telah menjadi teladan kasat mata untuk generasi berikutnya. Nilai yang akan terus diangkat oleh PT. Kanisius yaitu Jujur, Disiplin, Sigap, Inovatif dan Peduli, nilai ini akan terus dilakukan dan dikembangkan sejalan dengan kondisi jaman
Komunitas Yesuit dalam karya pelayanannya telah berhasil kerjasama dengan Gereja lokal dan berbagai tarekat kebiaraan yang berada di Indonesia, demikian juga kaum awam yang tidak bisa dipandang sebelah mata, khususnya di Keuskupan Agung Semarang. Karyanya telah ikut berbuat dan membuat “SABDA menjadi nyata dan jendela dunia menjadi lebih lebar terbuka” melalui karya pendidikan dan ilmu pengetahuan.
PT. Kanisius telah ikut mewarnai sejarah panjang pasang surut Gereja Katolik di Indonesia serta merta memperindah mozaik Gereja di persada Nusantara tanah air tercinta ini. Meminjam motto Pemuda Katolik “Pro Ecclesia et Patria”, untuk Gereja dan tanah air Indonesia. Terima kasih, karyamu telah membantu kami membuka lebih lebar jendela dunia untuk bisa melihat belahan dunia yang lain, tanpa harus bersusah payah pergi ke sana. Selamat melanjutkan pelayananmu yang tak pernah akan terputus, Ia harus makin besar. (Yoh 3:30a) Santo Petrus Kanisius, doakanlah kami. Amin. AMDG
contoh buku kanisius |
Wah mantep, buku memang jendela dunia yang perlu kita manfaatkan semaksimal mungkin terlebih jika berkaitan dengan pengetahuan. Mantep banget!
ReplyDeleteSedih juga mendengar sekolah Kanisius di daerah tidak berkembang layaknya sekolah Kanisius di Jakarta. Tapi senang sekali bahwa nilai2 Kanisius masih bekerja dan melayani di bidang lain, sesuai motto: Ad maiorem Dei gloriam.
ReplyDelete